Jadi Pahlawan

Jam menunjukkan pukul 07.37 pagi. Aku sudah sampai di kantor. Terlihat perangkat sound system sudah disiapkan oleh rekan-rekan Sekretariat. Hari ini tepat tanggal 10 November 2016 kami akan melaksanakan upacara peringatan hari pahlawan. Kantor tempat ku bekerja memang sering mengadakan upacara di hari-hari spesial. Instruksi nya pun datang dari berbagai macam sumber. Dari mulai Direktur Utama, Menteri Sosial, hingga Ketua DPR.Tergantung dari makna upacara itu sendiri. Khusus untuk hari ini upacara mengikuti instruksi dari Menteri Sosial sebagaimana yang aku dengar pada pembacaan amanat pembina upacara.

Upacara berjalan seperti biasa. Amanat pembina upacara tidak kurang berbicara mengenai jasa pahlawan, para pendahulu kita yang harus kita hormati serta kita berkewajiban untuk meneruskan tongkat perjuangan demi bangsa dan negara Indonesia. Hal ini benar adanya dan akan terus ada dalam setiap peringatan Hari Pahlawan.

Terbesit dalam benakku apakah arti pahlawan hanya sebatas itu? Tetiba aku teringat ada pahlawan ku yang masih setia menemani hidupku. Mereka lah ayah dan ibu. Aku lahir, dipelihara, hingga akhirnya bisa mandiri adalah andil mereka. 

Kesuksesanku sekarang bukanlah kehebatanku, melainkan kekuatan kedua orangtua. Segala yang dapat aku miliki adalah keberhasilan orangtua atas diriku.

Pahlawan kemerdekaan memang pantas dihormati, begitupun orangtua yang pantas diberi penghargaan tertinggi.

Pahlawan bangsa memang tanpa tanda jasa, begitupun orangtua yang selalu ikhlas tak berbalas.

Terima kasih yang teramat besar ku haturkan pada kedua orangtua ku. Tak bernilai apa-apa jika aku ingin membalas semuanya. 

Sayangi pahlawan mu karena kita takkan tahu kapan waktunya mereka gugur. 

Terima kasih Ma, Pa.